Sebuah ‘komentar’ seorang siswa SMA yang ingin tahu Negaranya

 “Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan

-Soe Hok Gie-

            Sebenarnya saya benci menulis tentang politik, orangtua saya juga melarang saya untuk masuk dunia politik. Entah betapa kotornya dunia politik sehingga mereka melarang saya. Namun bukan berarti saya membatasi diri saya untuk mengenal dunia perpolitikan. Prinsip saya adalah jangan sampai saya masuk dalam partai politik, untuk mempelajarinya, bagi saya …“no problem”.

Rasa ingin mengenal dunia politik selalu saya tumbuhkan dengan membaca buku biografi tokoh politik seperti Gus Dur, nonton film tokoh politik seperti Soe Hok Gie, dan mengikuti beberapa diskusi di salah satu stasiun televisi. Mungkin kegiatan semacam itu nggak cocok untuk mengisi hari liburan seorang remaja seperti saya.  Nggak tahu kenapa, saya tertarik dengan hal-hal demikian...

Seorang tokoh yang sedang saya kagumi adalah Soe Hok Gie. Bagi Anda yang belum mengenal, secara singkat saya akan menjelaskan bahwa Soe Hok Gie adalah salah seorang yang sangat peduli dengan kedaan negaranya ini. Indonesia. Tulisannya berisi tetang kemanusiaan, kritik pedas, dan intinya adalah Keadilan. Lebih jelasnya lihat film tentang Soe Hok Gie  yang disutradarai oleh Riri Reza hhe…

Saya dipusingkan dengan tokoh yang bernama Soe Hok Gie. Jika Anda sudah melihat film yang saya rekomendasikan tadi, saya berpikiran bahwa Anda juga akan dipusingkan oleh ‘ulahnya’. Yang saya tangkap, dia adalah salah satu pelopor tumbangnya pemerintahan Soekarno yang akhirnya diganti oleh Soeharto. Secara gampang, saya berpikir Gie pasti berpihak pada Soeharto, ya bukan? Namun entah mengapa, tokoh sangar yang lahir pada tanggal 17 Desember 1942 ini tidak pro dengan Soeharto. Why?

Saya mencoba mengikuti pemikiran seorang Gie ini; tumbangnya Soekarno, bukan berarti sebuah ketidakadilan ikut tumbang. Karena impian Gie adalah pemerintahan Indonesia yang bersih dari korupsi, kehidupan politik yang tidak berpihak pada golongan, ras, atau agama yang memiliki kepentingan masing-masing. Gie selalu berpikir bahwa keadilan harus ditegakkan. Itulah yang ia perjuangkan. Jadi bukan hanya masalah pemimpin yang menggantikan, tapi dimana ada ketidakadilan dalam pemerintahan tersebut,  itu berearti muncul kata “tumbangkan!!”.

Memang karena ‘ulahnya’ ini membuat Gie dimusuhi oleh semua orang, termasuk oleh teman-temannya. Namun seperti yang sudah saya kutipkan diatas ; Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan. Berani dan keras, tetapi demi keadilan. Berbeda dengan teman-teman seperjuangannya semasa itu. Mereka mendapatkan kursi pemerintahan. Secara jelas, kehidupan mereka jauh lebih layak dari pada Gie yang tidak mau diberi kursi.

Huh! Isinya mengkritik dan mengkritik.. sampai-sampai demi kebaikan, dia berani diasingkan.

Kalau Gie Masih Ada?

Betapa kacaunya negeri ini ketika saya melihat diskusi antar tokoh-tokoh pemerintahan , dari kiper, gelandang, serta pernyerang, yang ngomongin satu permasalahan yang terjadi di negara ini. Antara satu dengan yang lain, saling beradu mulut. Entah karena mau membuka kebenaran atau tidak mau menerima kesalahan yang telah diperbuat, tapi hal yang malah terjadi adalah lama-kelamaan semua masalah tercium baunya! Welehweleh… Saya pun dibuat pusing, mungkin karena bahasa diskusi yang asing bagi saya, karena banyaknya kekacauan kerja yang dilakukan oleh para pekerja pemerintah. Saya tidak menuduh kerjanya tidak ‘kerja keras’. Entah mengapa, hati ini marah dengan ulah beberapa orang yang dengan kepentingan pribadi/kelompok menghancurkan mesin pemerintahan dari dalam. Sehingga kerja mesin pemerintahan terjadi pem-bobrokan disana-sini. Sebagai seorang yang mau mengomentari ketika melihat hal demikian, saya hanya bisa mengusapkan tangan saya ke dada. Saya pun tidak bisa berbuat apa-apa. Saya akui, mengatur negara (politik), tidaklah mudah. Begitu banyak yang harus diurusi untuk menjadi negara yang sesuai keidealisan diri bangsa. Serius!! Saya pun pusing mau menulis apa lagi untuk isian tulisan saya ini, karena “jan, pancen gawe marah dan sebagainya…”.

            Sekitar delapan puluh hingga sembilan puluh lima persen, saya jamin seorang Gie pasti akan marah dan akan melakukan demonstrasi terhadap pemerintahan seperti ini. Korupsi yang tak ujung ketemu obat racun tukusnya, pemalsuan surat, sampai masalah terorisme yang mungkin akan merusak hubungan antar manusia (ras,suku,agama). Gie pasti tahu harus berbuat apa. Namun saya belum tahu apa yang harus saya perbuat sebagai seorang anak bangsa yang masih memiliki semangat muda. Dan inilah saat-saat saya dan Anda yang akan menuju titik kesadaran akan pengorbanan kepada bangsa ini. Mari kita bangun negara kita, dengan membangun pemerintahan Indonesia yang bersih dari korupsi, kehidupan politik yang tidak berpihak pada golongan, ras, atau agama yang memiliki kepentingan masing-masing seperti yang diperjuangkan Gie. Entah kapan dan siapa? Semoga muncul Soe Hok Gie baru di zaman ini.    

Saya sangat mengapresiasi kepada salah satu stasiun televisi yang mengadakan acara demikian. Proficiat ya!! Harapan saya, dengan diadakannya diskusi seperti itu, kiranya kita semua sebagai anak bangsa berani mengakui kesalahan dan mulai memperbaikinya. Bukan menyalahkannya. Semua dituntut untuk memperbaiki dan berusaha keras.

            Surakartaa, 16 Juli 2011

15:54

“saat mengisi ke-disorientasian”

Theodorus Argo Nugroho

XII IA 1 SMA PANGUDI LUHUR SANTO YOSEF SURAKARTA